Sempat ga yakin perlu bahas ini atau engga karena kok kayanya kurang berbobot, tapi dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya gw putuskan untuk nulis artikel ini. Kenapa? Karena nampaknya artikel ini akan bermanfaat ga cuma untuk anak brand yang belum pernah produksi video sebelumnya dan tetiba ada kebutuhan untuk produksi video, atau mungkin untuk mereka yang punya usaha terkait videografi dan ingin masuk ke skala yang lebih besar, yaitu produksi video commercial sebuah brand. Kenapa akan bermanfaat? Karena nanti akan dibahas step by step production process nya, mulai dari tahap brief.
Sehingga harapannya bisa menghindarkan si anak brand diatas untuk ‘dikerjain’ PH yang udah Pro, atau si pengusaha diatas untuk ‘dikerjain’ anak brand yang udah Pro.
Siap? Mari kita mulai.
Sebelum masuk ke proses produksinya, kita definisikan dulu apa itu video commercial. Pada intinya video commercial adalah sebuah video yang tujuannya adalah untuk mengiklankan sebuah produk secara lebih literal. Underline bold italic, secara lebih literal! Jangan sampai terkecoh dengan istilah video commercial, karena banyak video-video lain yang diproduksi oleh sebuah brand tapi tidak termasuk sebagai video commercial, misalnya video content untuk digital platform, dokumentasi event, dll. Proses produksinya emang gak jauh beda, tapi biasanya ga se-detail produksi video commercial, karena budget nya juga biasanya lebih kecil. Emang standard harga produksi video commercial sebuah brand itu berapaan sih? DM di Instagram aja ya! Hehe.
Nah, video commercial juga dibagi 2 jenis. Ada video animasi, biasanya lebih literal kearah produk, ada juga video thematic, atau yang masih membawa unsur emotional. Kalau video animasi ya isinya pure animasi doang, gapake shooting, gapake cerita, lebih ke highlighting product, pack, dll. Kalau video thematic ada ceritanya, pake shooting yang melibatkan manusia, dll. Eh ada juga yang digabung, jadi dalam satu video ada part animasi dan shooting nya, biasanya animasi ini jadi effect dari salah satu scene nya.
Mana yang lebih bagus? Tergantung kebutuhan. Ketika kita baru launching sebuah produk, I would say better pake video animasi, karena akan lebih jelas tergambarkan semua hal tentang produknya sehingga proses perkenalan produk akan lebih baik, tapi pastikan USP (unique selling proposition) dari produk tersebut tersampaikan sangat jelas dari video ini. Nah setelah produknya dikenali, saatnya inject imagery (equity driver) nya lewat video emotional, biar konsumen lebih ngerti proposisi brand nya.
So, gimana proses produksi sebuah video commercial? Simak dibawah ini :
- Creative Agency Brief: ini adalah tahap yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, ketika kita developing campaign comms, which salah satu scope nya adalah developing video commercial.
- Story Board Development: Setelah menerima brief diatas, creative agency akan membuat sebuah story board menjelaskan key message yang sudah ditentukan. Proses ini biasanya dibagi dua tahap, pertama adalah dalam bentuk narasi dulu untuk approval story nya, kemudian baru dibuatkan sketch by scene untuk lebih menggambarkan looks video nya akan seperti apa.
- Production House Brief: setelah story board approved, maka si anak brand bersama dengan creative agency nya akan melakukan brief kepada beberapa production house (tender / pitching). Yang akan diminta dari si PH adalah director’s treatment terhadap story board yang sudah ada, ya selain akan dilihat juga portfolio director nya seperti apa, biasanya gw prefer director yang video-video sebelumnya masih dalam feel yang sama dengan video yang akan dibuat (kode nih buat para PH, better propose director yang feel nya mirip sama brand nya).
- Director’s Treatment Submission: berikutnya director dari masing-masing PH akan submit treatment nya. Sesuai dengan namanya, proposal ini berisi treatment detail dari setiap scene yang ada di story board, mulai dari tone nya, lighting, backsound, speed, angle shoot, effect, dll. Dari sini akan kebayang video nya akan seperti apa, dan kita bisa pilih siapa pemenangnya.
- Storyboard Finalization: disini kita akan diskusi dengan director terpilih, dan finalisasi story board beserta treatment nya. Ini adalah tahap dimana konsep-konsep diatas akan kita lock dan gabisa dirubah lagi, karena akan segera dipersiapkan kebutuhan produksinya.
- Pre-production Meeting: disini akan dibahas semua detail persiapan shooting video tersebut, mulai dari lokasi, waktu, pemilihan talent, pemilihan baju dan accessories talent, sampai dengan pemilihan bahan dari setiap property yang ada didalam video. Serius men, kenapa disebut detail, karena semisal ada meja kayu di dalam sebuah scene, bahkan kita harus pilih meja kayu yang warna nya setua atau semuda apa yang mau kita pake.
- Shooting Preparation: setelah pre-production meeting, PH akan nyiapin semua kebutuhan shooting termasuk juga ‘geladi resik’ dari scene-scene yang ada di storyboard, sehingga waktu shooting nanti ga ngulik dari awal lagi.
- Shooting: proses pengambilan gambar, disini anak brand dan creative agency harus hadir untuk supervisi langsung, memastikan ga ada scene yang kelewat, sesuai PPM, sesuai ekspektasi, bisa juga nambah scene buat stock shoot, sampai memastikan ekspresi talent sesuai dengan brand nya.
- Video Editing: disini PH akan ambil stock shoot terbaik dan dijahit sesuai dengan story board yang sudah disetujui. Akan diinsert juga music yang sudah dipilih waktu PPM (bisa jadi masih referensi, karena butuh waktu buat produksi music).
- Offline Approval: hasil video editing akan di preview ke client, approval disini lebih fokus ke pemilihan stock shoot nya, karena di tahap ini transisi antar scene masih kasar, music belum final, masih kasar banget deh pokoknya. Tahap ini bisa beberapa tahap karena proses menjahit stock shoot yang tepat itu flexible banget (dibaca : subjektif), biasanya timeline juga yang menentukan kapan harus berhenti editing offline.
- Online Editing: Disini PH akan finalisasi video offline yang sudah di approve. Lighting, color tone, effect, transition, semuanya. Music juga disini udah pake yang final. Pada intinya, ini dianggal editing terakhir sebelum video release.
- Online Approval: hasil online editing akan di preview, dan dicek lagi secara keseluruhan apakah video ini sudah layak tayang atau engga. Masalah yang suka muncul adalah warna kurang sesuai brand, efek terlalu berlebihan, music ga sesuai dengan cut video dll. Setelah revisi ini, harusnya video udah siap di release.
- Final Output: PH akan submit final video yang sudah di approve sesuai dengan format yang sudah disetujui di awal. Biasanya ada versi 90 detik (full story), dan cut 60 detik, 30 detik, atau 15 detik. Kenapa perlu cut ini? Untuk menyesuaikan dengan spot placement yang tersedia.
Setelah itu? Video akan di edit format nya, menyesuaikan dengan setiap spot media yang akan dipakai, terus siap dikirim deh ke media agency untuk di placement, dan dikonsumsi oleh konsumen.
Sekian.