Masih tentang media, bahasan kita kali ini akan fokus ke media digital. Kaya yang udah disebutkan sebelumnya, terbukti juga dari survey kecil-kecilan di Instagram anakbrand_id, memang nampaknya media digital ini adalah yang lebih diutamakan. Walau ga sempurna, media digital mampu menjembatani si pemasang iklan langsung ke target audience nya. Dan ga kaya media tradisional yang dikuasai pemain besar, digital media ngasih kesempatan ke siapapun buat beriklan karena batas bawah biayanya yang sangat terjangkau.
Nah, dengan sebegitu banyaknya orang yang ‘bermain’ media digital, gw rasa penting banget untuk kita ngerti setidaknya strategi dasar beriklan di media digital. Tujuannya masih sama, biar budget kita ga terbuang percuma buat bayar sesuatu yang kurang ber-impact ke brand kita.
Hal pertama yang harus kita ngerti adalah touchpoint di media digital, secara umum ada yang namanya Site Blocking dan Audience Buying. Apa bedanya?
- Site Blocking: sesuai namanya, dengan site blocking ini seakan-akan kita ‘owning’ sebuah website. Semua slot iklan di website itu akan jadi milik kita, artinya, akan sangat terlihat dan tanpa gangguan iklan lain. Karena terkesan ‘owning’, site blocking ini ngasih kita impact ‘big brand feel’ yang lebih besar. Dan karena mirip co-branding, imagery site yang di block juga bisa nempel ke brand kita. Artinya, sangat penting untuk pastiin website yang dipilih bener-bener sesuai, ga cuma profil audience nya aja, tapi juga personality brand website nya, jangan sampe malah jadi impact negative ke equity brand kita. Masalah harga, ya termasuk mahal sih, sistemnya ‘sewa’ per jangka waktu tertentu gitu kaya billboard.
- Audience Buying: beda dengan site blocking, dengan audience buying kita bayar biaya per orang yang liat iklan kita. Kita juga bisa set target audience kita, jadi hanya mereka yang ‘sesuai kriteria’ lah yang akan liat iklan kita. Selain lebih terarah, kita juga bisa atur spending kita di touchpoint ini, menyesuaikan kemampuan budget kita. Sistemnya mulai dari kita set target audience, limit budget, terus si platform iklan ini akan mendistribusikan materi iklan kita ke si target audience lewat website yang mereka buka. Pernah ga sih abis browsing sesuatu, terus web apapun yang kita buka munculnya iklan yang berhubungan? Itu contoh iklan-iklan dari audience buying. Kalo pake touchpoint ini, jangan males set target audience, kalo bisa se-spesifik mungkin biar ga ada duit terbuang buat kasih iklan ke orang yang bukan target kita.
Ada juga sih touchpoint yang termasuk media digital, misal social media ads, influencer? Mungkin bisa dikategorikan sebagai media digital juga.
Pertanyaan berikutnya, gimana cara ngukur performance digital media placement?
Ada beberapa indikator utama, kaya reach, impression, click rate (CTR), dll. Karena udah cukup banyak bahasan tentang ini jadi gw ga akan bahas terlalu jauh, so, kita langsung bergeser ke topik yang lebih menarik : strategi utama bikin campaign di media digital.
Kalo orang pedekate ada yang namanya tarik ulur, placement digital media juga sama. Ada kalanya kita harus agresif, pastiin target audience aware sama brand kita, tapi ada kalanya kita harus agak kalem, tanpa ngotot, tapi tetep mastiin target audience ga lupa sama brand kita. Kenapa ga agresif terus aja biar si target audience cepet nyangkut? Pertama, budget akan jauh lebih besar. Kedua, menurut gw digital media ini masih ada sisi sensitifnya, masih ada audience yang merasa terganggu dengan munculnya iklan di browser mereka, so kalo keseringan bisa impact negative juga ke image brand kita.
Terkait konsep diatas, ada yang namanya Bursting dan Seeding, berikut penjelasannya.
BURSTING
Bursting adalah strategi dimana kita menjadi agresif. Periode bursting biasanya lebih singkat dari periode seeding. Misal total campaign 3 bulan, bursting nya cuma 2-4minggu.
Dalam periode ini, kita bener-bener pasang iklan secara massal, sebisa mungkin kemanapun audience pergi dia liat iklan kita. Tujuan dari strategi ini adalah building consumer mass dalam hal awareness, kita buat sebanyak-banyaknya orang tau kalo brand kita lagi ada campaign (focus ke reach). Harus se-massive apa? Kita bisa pake target awareness kita sebagai patokan.
Site blocking biasanya dipakai di periode ini, audience buying pun ga terlalu ketat setting target audience nya. Secara materi iklan, biasanya pake message yang agak generic, mudah dicerna, orang bisa nyadar itu iklan brand kita hanya dengan ‘liat selewat’.
SEEDING
Ketika masuk ke periode seeding, asumsinya si audience udah pernah liat materi iklan bursting kita. So, tanpa harus pake message generic (namun tetap mempertahankan visual identity) dia harusnya bisa tau ini iklan brand kita. Artinya, kita punya space lebih buat kasih message yang lebih ‘mendalam’.
Secara targeting, di periode ini kita lebih terarah ke audience yang lebih potensial jadi konsumen kita. Intensitasnya juga akan lebih diatur untuk jaga sentiment yang sebelumnya sempet dibahas. Harus se-rendah apa? Target consideration kita bisa jadi patokan.
Punya engagement activity? Bisa juga dimaksimalkan di fase ini. Pokoknya disini kita fokus ke gimana caranya target audience kita ga lupa, tapi justru lebih ngerti tentang campaign kita, sehingga nantinya bisa di-convert ke stage digital funnel berikutnya (penjelasan digital funnel ada di artikel kategori digital).
So, dengan pakem diatas harusnya kita udah bisa pasang iklan di media digital dengan cukup efektif. Tapi, masih ada lagi tips & trick yang akan bikin placement kita lebih efisien lagi, mulai dari perhitungan budget, konten, dll. Akan dibahas di artikel setelah ini!
Semoga bermanfaat.